KANDUNGAN
SURAH AN-NAHL AYAT 125
Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu
dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang
baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang
tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang
mendapat petunjuk
Dalam
ayat ini Allah SWT memberikan pedoman-pedoman kepada Rasul-Nya tentang cara
mengajak manusia ke jalan Allah. Yang dimaksud jalan Allah di sini adalah agama
Allah yakni syariat Islam yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Allah
meletakkan dasar-dasar seruan untuk pegangan bagi umatnya. Dasar-dasar seruan itu
ada tiga tingkatan, yaitu :
1. Seruan
itu dilakukan dengan hikmah. Hikmah itu mengandung beberapa arti :
a. Berarti
pengetahuan tentang rahasia dari faedah segala sesuatu. Dengan pengetahuan itu
sesuatu dapat diyakini keberadaannya.
b. Berarti
perkataan yang tepat dan benar yang menjadi dalil (argumen) untuk menjelaskan
mana yang batal atau meragukan.
c. Arti
yang lain adalah bahwa kenabian itu dapat mengetahui hukum-hukum al-Qur’an,
paham al-Qur’an, takut kepada Allah, benar perkataan dan perbuatannya. Arti
yang paling tepat dan dekat dengan kebenaran adalah arti yang pertama yaitu
pengetahuan tentang rahasia dan faedah sesuatu, yang mana pengetahuan itu
memberi manfaat.35
2. Allah
menjelaskan kepada rasul-Nya agar seruan itu dilakukan dengan mau’idhah
hasanah (pengajaran yang baik), yang diterima dengan lembut oleh hati
manusia tapi berkesan di dalam hati mereka.
Tidaklah patut jika pembelajaran itu
selalu menimbulkan rasa cemas, gelisah dan ketakutan pada jiwa manusia. Orang
yang jatuh karena dosa disebabkan kebodohan atau tanpa sadar, maka tidaklah
wajar jika kesalahan-kesalahannya itu dipaparkan secara terbuka sehingga
menyakitkan hatinya.
Pembelajaran yang disampaikan dengan
bahasa yang lemah lembut, sangat baik untuk menjinakkan hati yang liar dan
lebih banyak memberikan ketenteraman daripada pembelajaran yang yang isinya
ancaman dan kutukan-kutukan yang mengerikan. Jika sesuai tempat dan waktunya,
tidak ada jeleknya memberikan pembelajaran yang berisikan peringatan yang keras
atau tentang hukumanhukuman dan azab yang diancamkan Allah kepada mereka yang
sengaja berbuat dosa (tarhib).
Untuk menghindari kebosanan dalam
seruannya, Rasulullah menyisipkan dan mengolah bahan yang menyenangkan. Dengan
demikian tidak terjadi kebosanan yang disebabkan urutan-urutan pengajian yang
berisi perintah dan larangan tanpa memberikan bahan-bahan yang bisa melapangkan
dada atau yang merangsang hati untuk melakukan ketaatan dan menjauhi larangan.
3.
Allah SWT menjelaskan bahwa bila terjadi
perbantahan atau perdebatan maka hendaklah dibantah dengan cara yang terbaik.
Pada dasarnya, seruan itu hanya dengan
dua cara di atas (hikmah dan mau’idhah hasanah), akan tetapi
seseorang ketika mendapat perlawanan yang berat terkadang perlu menggunakan
argumen-argumen yang keras dan kokoh yang bisa mengalahkan oarng-orang yang
diserunya. Maka dari itulah cara menyeru yang berupa debat ini diikutkan pada
pilihan metode menyeru ke jalan Allah SWT.
Debat
itu aslinya bukan merupakan bagian dari metode untuk menyeru, akan tetapi dia
hanyalah sebagai alat alternatif ketika seseorang dalam kondisi terdesak
setelah tidak berhasil menerapkan dua cara yang tersebut sebelumnya. Satu
contoh perdebatan yang baik adalah perdebatan antara Nabi Ibrahim dengan
kaumnya yang kafir yang mana perdebatan tersebut bisa membawa mereka berpikir
untuk memperbaiki kesalahan mereka sendiri sehingga mereka menemukan kebenaran.
Tidaklah baik memancing lawan dalam berdebat dengan kata-kata yang tajam,
karena hal itu dapat menimbulkan susana yang panas. Sebaliknya, hendaklah
diciptakan suasana yang nyaman dan santai sehingga tujuan dalam perdebatan
untuk mencari kebenaran itu dapat tercapai dengan hati yang puas. Suatu
perdebatan yang baik adalah perdebatan yang dapat menghambat timbulnya sifat
manusia yang negatif seperti sombong, tinggi hati, tahan harga diri, karena
sisfat-sifat terebut sangat peka. Lawan debat supaya dihadapi sedemikian rupa
sehingga dia merasa bahwa harga dirinya dihormati, karena tujuan utama adalah
mencari kebenaran dari Allah SWT dan menghilangkan semua kebatilan, tidak ada
tujuan tertentu selain itu.
Allah SWT menjelaskan
bahwa ketentuan akhir dari segala usaha dan perjuangan itu ada pada Allah.
Hanya Allah sendiri lah yang bisa menganugerahkan iman kepada seseorang. Dialah
yang Maha Mengetahui siapa di antara hamba-hamba-Nya yang tidak dapat
mempertahankan fitrah insaniahnya (iman kepada Allah)dari pengaruh-pengaruh
yang menyesatkan hingga dia jadi tersesat. Dia jualah Yang Maha Mengetahui di
antara hamba-hamba-Nya yang fitrah insaniahnya tetap terpelihara sehingga
terbuka hatinya untuk menerima petunjuk (hidayah) Allah SWT